Pages

tes bikin tutorial flash

klo mo liat lebih jelas donlot aja di http://www.4shared.com/video/x616R7_0/untitled_demo.html

minggu pertama di pert

hari ini 25 juli 2010 seminggu sudah kami di perth.. banyak pengalaman baik dan buruk yang kami miliki....
17 july 2010 kami berangkat dari BIM menuju bandara Soekarno Hatta menggunakan GARUDA INDONESIA.. dari jakarta kami transit ke singapura menggunakan SINGAPORE AIRLINES (penerbangn yang nyman... dan yang paling saya sukai adalah pramugari yang berpakaian sopan dengan rok menyentuh lantai) lalu dari singapura kami berangkat ke perth...
18 juli 2010... sampai di perth jam 5.30 waktu perth.. ada 1 hal yang agak lucu.. hampir semua rombongan tersandung di imigrasi ntah kenapa... kami di jemput oleh demian dengan purplebus rent... route pertama adalah ke kings hotel dimana tempat para "petinggi" menginap lalu ke BEATTY LODGE tempat penginapan kami. dan hal pertama yang kami lakukan adalah istirahat.. dan jalan2 ke perth city..
19 juli 2010.. hari pertama ke COMO HIGHTSCHOOL, kami disambut dengan hangat oleh orang disana.. kami di guide oleh Jodie Green seorang guru bahasa indonesia.. kami di bawa berkeliling COMO dan bertemu dengan mr.merson kepala sekolah disana.. dan hari itu pelajaran dmulai.. pelajaran 1.. 1minuts topic.. plg dr como saya terpaksa ke perth sendirian menemui abg sepupu.. ternyata perth itu ga sesulit yg dibayagkan.
20 juli 2010.. nyambungnya ntar aja

July 20th… second day go to Como high school we go by rent purple bus, with demo (Demian) the driver of the bus. We arrive there at 8.15 in the morning… that day we learn some tongue twister, that’s about someone names betty… its about English pronunciation and this is
“Betty Botter bought some butter but this butter’s bitter
Betty had better buy some better butter or this butter will make her butter bitter.”
Make English going  better(hahahahaha)
And we have to learn about Y chart, this teaching tools about “thing” feels like, sounds like and looks like. (the diagram will be upload some day when I arrive in Indonesia)
And we go home at 3 o clock.. dan hari ini pertama kali kami berkenalan dengan “nasi”di perth dengan membeli nasi lemak di Chilliz ( di hay street perth city).
Photo Gallery

July 21st … that day we learn about some teaching tools Think Pair and Share or 1:2:4:8 this teaching tools begin with one person that think individually in few times after that they join in pair and write what they word did not mach( that use two brain is in it?).in a few times.. and we can multiply it as we want…
And that day Jodie tell us about Australian curriculum frameworks …there are 8 learning area :
1.      Math
2.      English
3.      Science (IPA)
4.      SOSE (IPS)
( this 4 is MESS subject, the student must learn it)
5.      Health and Physical education
6.      Technology and Enterprise  (Such as Fabric, cook, IT, wood work (batukang), mechanics and etc)
7.      Art
8.      Language (other language such as b.indonesia and france)
Except MESS subject they must choose they want to learn ( Anak2 disana kagum mendengar siswa Indonesia belajar 17 pelajaran, hehehe..) dan juga mengenai HOTS dan LOTS dari bloom taxonomy,,,.
July 22nd. That day we have to learn no.2 tongue twister and here its
“How much wood
Could a woodchuck chuck
If a woodchuck could
Chuck wood “
And also that day we have to learn about “Listening and Speaking skills” and “Jigsaw” (jadi ingat buk jus,, hehehe dan jigsaw juga punya nama lain yaitu chunking or expert group, bisa dijadiin skripsi lho…)
July 23rd  its Friday , time to pedagogy with Mrs. Eva Hart (She had been came back from padang and sawahlunto in her holiday) that day we learn about “how to design an experiment” and there are  5 steps to design an experiment
1.      Hypothesis or Prediction (make a plan what did the students can make some prediction)
2.      Method
3.      Equipment (experiment tolls)
4.      Control and experimental group (make 1 experiment that is our controlled and some experiment that students wants to change the things that he was prediction)
5.      Variable
a.       Controlled
b.      Uncontrolled
c.       Dependent
d.      Independent
and that time we made a glider… but at that night our friend received a bad news about her family (her son) in payakumbuh, her son died in one accident after jumát pray… we fell so sorry about that news… but her was a stronger woman..
July 24th … its Saturday time for holiday.. J that day we went to Mandurah, a part of west Australia (Perth) with “Pak da Hen” some math teachers call him like that.. he is a lecture from UNP, he toke PhD in Curtin University.. much experience  and   a lot of photo (hehehehe)
Photo Galley
July 25th.. Sunday.. some of us go to Sunday Market in canning vale, a cheap second hand market,, but just opened on Sunday from 08.00 to 11.00,,  some of us went to that market and a lot of was sleep in their room, so do I,, so in 1st Sunday in Perth we are Sleep all the time
July 26th… 2nd week at Perth and Como.. I got a home sick, really I miss all thing about padang and padang panjang,, that day we made lesson plan jodies style (more simple than ours) jodie said her lesson plan just in her mind, no need to do this time because she passed Performance Management.. hahahaha..
July 27th Tuesday we have to do more English.. ouggh I hate Gr****r, that day we learn about something some dictionary about Science and math language.. using flash card (teaching tool) many difficult word we does.. and at afternoon we do some multiply Inelegant using self test..
July 28th More tongue twister.. and here is
Peter Piper picked a peck of pickled pepper
If Peter Picked a peck of pickled pepper
Where’s the peck of pickled peppers Peter piper picked
 And we got some teaching tools names “Round Robin” about Question Technique, there are 4 kinds of question technique here are:
1.      Advice for question technique
a.       Responding to question
b.      Clear question
c.       Question trap
d.      Group question
2.      Technique to find out more details for answer or to get the bigger picture
a.       Chunking
b.      Probing
c.       Funnel
d.      Open / closed
3.      Technique to influence the answer
a.       Tag
b.      Positive
c.       Leading
d.      Double bind
4.      Individual questioning technique
a.       The Colombo technique
b.      Socratic question
July 29th Thursday .. the last day ESL with Jodie and the last tongue twister, here it s:
One one was a race horse
Two two was one two
One one won one race and
Two two won one too!
And that day we learn about mind map.. and making mini lesson plan and make a presentation about it. And that’s it… final day with Jodie…
July 30th Friday the last day in COMO and we learn with Eva we learn about fishbone diagram, and make a discussion about science teaching technique, we had a little farewell party with the teachers there and we sing Minangkabau song,, and got a homesick.. Agggaiiinnn. After all we went to our housing school in group of 5.. Good bye Como
July 31st we have to meet “Rumah Gadang Perth” a group of “ Orang Minang” that leave in Perth for a long time.. Minang Mode on… Banyak urang awak nan lah lamo tingga di perth urang tu  klo disiko datuaknyo (cak icaknyo) da Anton, nyo karajo di perusahaan l;istrik di perth, tu ado lo da Adi nan karajo di Perusahaan Minyak Italia dan banyak nan hebat2 lai… ado uda Peter nan baralek jo urang awak, inyo pandai bahaso minang “saketek-saketek” katonyo… disitu kami acara BBQ (Buek dendeng tapi taba sangaik, ayam panggang tapi banyak kuliknyo dari dagiangnyo de el el.. hahahaha) Alhamdulillah acara silaturahmi tu bajalan baa mustinyo.. tu kami pulang samo2 lai… Makan Lamak
1st August We all go to Marapana Wild Park (our call it Muaro Paneh) watching some lazy Koala and kangaroo and the best one is take a lot of picture.. they said it to be a fact for their friends in their city (but anybody knew they go to Australia) and after that we go to Fremantle bought some key ring for our colleague in our school..
 To be continued ( photo and teaching tools I’ll explain and later)

Keajaiban Besi

Besi adalah salah satu unsur yang dinyatakan secara jelas dalam Al Qur'an. Dalam Surat Al Hadiid, yang berarti "besi", kita diberitahu sebagai berikut:
"…Dan Kami turunkan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia ...." (Al Qur'an, 57:25)
Kata "anzalnaa" yang berarti "kami turunkan" khusus digunakan untuk besi dalam ayat ini, dapat diartikan secara kiasan untuk menjelaskan bahwa besi diciptakan untuk memberi manfaat bagi manusia. Tapi ketika kita mempertimbangkan makna harfiah kata ini, yakni "secara bendawi diturunkan dari langit", kita akan menyadari bahwa ayat ini memiliki keajaiban ilmiah yang sangat penting.
Ini dikarenakan penemuan astronomi modern telah mengungkap bahwa logam besi yang ditemukan di bumi kita berasal dari bintang-bintang raksasa di angkasa luar.
Logam berat di alam semesta dibuat dan dihasilkan dalam inti bintang-bintang raksasa. Akan tetapi sistem tata surya kita tidak memiliki struktur yang cocok untuk menghasilkan besi secara mandiri. Besi hanya dapat dibuat dan dihasilkan dalam bintang-bintang yang jauh lebih besar dari matahari, yang suhunya mencapai beberapa ratus juta derajat. Ketika jumlah besi telah melampaui batas tertentu dalam sebuah bintang, bintang tersebut tidak mampu lagi menanggungnya, dan akhirnya meledak melalui peristiwa yang disebut "nova" atau "supernova". Akibat dari ledakan ini, meteor-meteor yang mengandung besi bertaburan di seluruh penjuru alam semesta dan mereka bergerak melalui ruang hampa hingga mengalami tarikan oleh gaya gravitasi benda angkasa.
Semua ini menunjukkan bahwa logam besi tidak terbentuk di bumi melainkan kiriman dari bintang-bintang yang meledak di ruang angkasa melalui meteor-meteor dan "diturunkan ke bumi", persis seperti dinyatakan dalam ayat tersebut: Jelaslah bahwa fakta ini tidak dapat diketahui secara ilmiah pada abad ke-7 ketika Al Qur'an diturunkan.
Sumber: Harun Yahya

Tempat Belajar Robot

elajar robot dengan mengikuti perkembangan robot di dunia, ini ada website tempat belajar robot.. buat teman2 elektronika dan robotika dan umum boleh mamapir ke web ini

fisika asyik


disadur dari http://www.fisikaasyik.com/home02/content/view/15/33/

Kitchen Science


Sains bagi sebagian orang apalagi anak-anak atau siswa sekolah mungkin merupakan sesuatu yang rumit, susah, memusingkan, dan tidak asyik. Hal tersebut wajar saja karena biasanya di sekolah, sains hanya diberikan dalam bentuk kata-kata dan teori tetapi sedikit praktek, sehingga untuk memahami sains akan terasa lebih sulit.

Pada  Bincang Sains dan Teknologi Populer (BINOKULER) yang diadakan oleh Pusat Peragaan Iptek (PP-IPTEK) hari Minggu (20/6) membahas dan dan mengupas berbagai fenomena sains yang terdapat di sekitar kita. Pembuktian sains tidak melulu harus menggunakan sesuatu yang modern dan mahal. “Berbagai peralatan dapur yang digunakan untuk di rumahpun mengandung nilai dan fenomena sains” demikian yang disampaikan oleh Hendra Suryanto yang menjadi narasumber dalam acara yang bertemakan Kitchen Science ini.

Berbagai percobaan menggunakan peralatan dan perlengkapan dapur serta beberapa bahan yang biasanya juga terdapat di dapur, mulai dari sendok, toples, sodet sampai tusuk gigi dan jeruk ditunjukkan dalam acara Binokuler ini. Diawali dengan suatu percobaan yang sangat sederhana yang hanya menggunakan segelas air dan satu buah jeruk, pengunjung diberikan pertanyaan “apakah yang terjadi saat jeruk dimasukan ke dalam gelas berisi air tersebut?”, satu pertanyaan sederhana yang dilontarkan tersebut ternyata menghasilkan begitu banyak jawaban dari para pengunjung. Antusiasme mereka sangat terlihat saat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan seputar percobaan yang dilakukan. Bukan hanya para orang tua, bahkan anak-anakpun tidak ketinggalan untuk mencoba menjawab berbagai pertanyaan tersebut.

“Engga nyangka juga… saat memasak ternyata saya juga sedang melakukan tercobaan sains ya..” demikian ucap salah seorang Ibu yang turut menyaksikan acara tersebut. Dalam dialognya Hendra Suryanto menyampaikan bahwa sains merupakan sesuatu yang perlu pembuktian, tetapi bukan berarti kita harus mengeluarkan dana yang besar untuk melakukan suatu eksperimen, dan dengan melakukan banyak percobaan sains akan menjadi sesuatu mudah, asyik dan menyenangkan . Acara ini ditutup sekitar pukul 15.30 dengan diiringi tepuk tangan dari para pengunjung. Hadiri terus program Binokuler selanjutnya dengan tema-tema yang tidak kalah menarik. Kegiatan Bonokuler selanjutnya akan diadakan tanggal 11 Juli 2010, gratis bagi pengunjung PP-IPTEK. [pp-iptek]
sumber: Kemenristek (http://www.ristek.go.id/?module=News%20News&id=6180)

Fisika Pan Flute

Suasana Workshop FisikAkustik


PAN FLUTE, CARA MUDAH BELAJAR FISIKA - FisikAkustik PDF Cetak E-mail
 
Apa yang kalian pikirkan ketika mendengar merdunya suara orang yang sedang menyanyi ? Atau apa yang kalian pikirkan ketika mendengar berisiknya suara tas plastik yang diremas-remas? Mengapa ketika terjadi gempa dasyat, jembatan yang bergoyang-goyang tidak menimbulkan suara? Itulah beberapa pertanyaan yang diberikan oleh Sailendra dan Hari Jipi, dari Surya Institute. Pertanyaan-pertanyaan inipun dijawab dengan sangat antusias oleh peserta kegiatan yang masih berseragam putih biru tersebut.

Pertanyaan-pertanyaan yang mengelitik inilah yang menjadi pembukaan kegiatan workshop sehari tentang fisika akustik. Kegiatan yang dilaksanakan sebagai rangkaian dari Pameran Strike A Chord ini diikuti oleh 88 siswa dari SMPN 216 dan SMPN 115 Jakarta.


Pada kesempatan tersebut, mereka menjelaskan tentang suara. Suara adalah gelombang yang merambat melalui medium tertentu. Medium atau zat perantara tersebut dapat berupa zat cair, padat atau gas. Untuk menjelaskan peristiwa ini, Hari menggambarkan pergerakkan-pergerakan gelombang pada masing-masing medium dengan menggunakan simulasi komputer sehingga peserta dengan mudah membayangkan apa yang terjadi.

Kegiatan yang dilaksanakan pada hari Rabu, 24 Maret 2010 di Pusat Peragaan Iptek (PP-IPTEK) ini juga menampilkan workshop sederhana tentang pembuatan pan flute. Pan flute sederhana ini terbuat dari sedotan bubble ice yang pada salah satu ujungnya ditutup dengan menggunakan plastisin. Untuk mengkalibrasi tiap-tiap sedotan sehingga nadanya sesuai dengan nada sebenarnya, para peserta cukup mengatur panjangnya ruang kosong antara ujung sedotan tempat meniup dengan plastisin.

Setelah melaksanakan workshop, alat musik baru hasil buatan peserta ini dilombakan. Masing-masing kelompok mengirimkan wakilnya untuk memainkan berbagai macam lagu dengan menggunakan pan flute. Dari kegiatan ini ditetapkan dua orang pemenang berdasarkan penilain dari peserta sendiri. Sebagai akhir dari kegiatan, peserta koor bersama-sama menyanyikan lagu rasa sayange. [PLS/PP-IPTEK]

Sumber
BERITA KEGIATAN RISTEK
http://www.ristek.go.id/?module=News%20News&id=5586
http://www.fisikaasyik.com/home02/content/view/372/1/

Foto-foto O2SN 2009/2010

.

Mereka hanya berdusta

Pada awal tadi telah dinyatakan bahwa iman dari setiap orang yang berkata, "Aku beriman" tidaklah sama. Dalam bagian ini akan dibahas mengenai kelalaian dari orang-orang yang tidak beriman dengan benar. Kurangnya komitmen yang sejati adalah suatu hal yang menyebabkan lemahnya iman. Sebelum melanjutkan topik ini, alasan-alasan mengenai adanya perbedaan ini dapat dijelaskan dengan melihat bagaimana al-Qur'an mengidentifikasi orang-orang semacam ini, pandangan mereka mengenai agama, dan tujuan hidup mereka.
Mereka yang Imannya Tidak Sungguh-sungguh
Di dalam al-Qur'an orang-orang semacam ini juga disebut sebagai "mereka yang di dalam hatinya berpenyakit", "munafik", "mereka yang berbalik ke belakang" atau "mereka yang tinggal di belakang". Dapat dicermati bahwa mereka secara utuh bukanlah termasuk golongan orang-orang beriman maupun orang-orang jahiliah, sebagaimana dinyatakan di dalam ayat-ayat berikut ini:
"Orang-orang itu bukan dari golongan kamu dan bukan (pula) dari golongan mereka." (Q.s. al-Mujadalah: 14).
"Mereka dalam keadaan ragu-ragu antara yang demikian (iman atau kafir): tidak masuk kepada golongan ini (orang-orang beriman) dan tidak (pula) kepada golongan itu (orang-orang kafir)." (Q.s. an-Nisa': 143).
Meskipun demikian, perlu diperhatikan bahwa orang-orang semacam ini umumnya tinggal di tengah-tengah kaum muslimin. Penampilan, gaya hidup, dan sebagian dari perilaku mereka menyerupai orang-orang beriman. Namun, sesungguhnya, orang-orang ini tidaklah benar-benar seperti mereka karena karakteristik yang paling istimewa dari orang-orang beriman adalah keikhlasan mereka dalam beribadah kepada Allah, sementara orang-orang ini tidak memiliki keimanan yang kuat di dalam hati mereka. Sekalipun mereka menyatakan keimanan, mereka bukanlah orang-orang beriman yang sesungguhnya. Mengenai hal ini Allah berfirman sebagai berikut:
"Di antara manusia ada yang mengatakan: 'Kami beriman kepada Allah dan Hari Kemudian, padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar." (Q.s. al-Baqarah: 8-9).
Apa yang mereka nyatakan sangat berbeda dengan apa yang disembunyikan di dalam hati mereka, ini dikarenakan "penyakit" yang ada di dalam hati mereka. Fakta ini juga dinyatakan di dalam al-Qur'an:
"Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta." (Q.s. al-Baqarah: 10).
Di sini maksudnya bukanlah penyakit secara fisik, namun yang sifatnya secara ruhani. Di dalam hati orang yang ada penyakitnya seperti ini maka ia tidak dapat memahami agama secara benar dan mengamalkannya di dalam kehidupan. Sekalipun ia menyaksikan tanda-tanda keberadaan Allah secara terang benderang, ia tidak dapat menundukkan hatinya kepada-Nya, dan tidak dapat mencermati batasan-batasan-Nya. Ia tidak mampu hidup dengan agama Allah secara lengkap karena meskipun nuraninya telah membimbingnya kepada kebenaran, dirinya terlalu lemah untuk mengamalkan apa yang dinyatakan oleh lidahnya. Dibandingkan dengan kenikmatan-kenikmatan yang ada di surga, ia menganggap bahwa keuntungan-keuntungan duniawi ini lebih mudah diperoleh. Dengan demikian, maka ia pun begitu terikat dengan dunia ini dan tidak dapat menghargai nilai akhirat dengan selayaknya.
Keberadaan Mereka di Tengah-tengah Orang-orang Beriman
Tentu saja merupakan suatu hal yang menarik untuk diperhatikan, bahwa mereka yang di dalam hatinya ada penyakit lebih suka tinggal bersama-sama dengan orang-orang beriman, meskipun mereka tidak memiliki cita-cita yang sama. Salah satu alasan kenapa mereka lebih senang demikian adalah karena orang-orang semacam ini ingin mendapatkan untung dari agama dan kedamaian serta keamanan lingkungan dari orang-orang beriman. Mereka merasa lebih nyaman berada di tengah-tengah orang-orang beriman yang memperlihatkan akhlak mulia, dan lebih senang tinggal di tengah-tengah masyarakat seperti ini yang tidak dapat dijumpainya pada masyarakat jahiliah. Sementara keimanan di hati mereka sedikit, mereka tidaklah kafir seluruhnya, meskipun demikian mereka tidak dapat berintegrasi seutuhnya ke dalam masyarakat jahiliah ataupun ke dalam masyarakat Islam. Keraguan di dalam hati mereka menimbulkan dilema ini. Mereka mendapati bahwa kehidupan di dunia ini lebih menarik namun mereka juga ingin mendapatkan karunia-karunia yang dijanjikan Allah kepada orang-orang beriman di dunia ini dan di akhirat nanti. Meskipun mereka tidak memiliki keimanan yang sungguh-sungguh, punya pikiran-pikiran semacam, "Apakah ini benar?" dan "Bagaimana kalau janji-janji itu benar-benar nyata?" menyebabkan mereka berharap bahwa selain mendapatkan kesenangan-kesenangan duniawi, mereka juga dapat memetik keuntungan dari rahmat-rahmat dan karunia-karunia yang dicapai oleh orang-orang beriman.
Mereka mengharapkan agar orang-orang beriman dengan tulus akan melaksanakan tugas-tugas yang diperintahkan oleh agama, sementara mereka sendiri dapat mengambil keuntungan duniawi darinya. Namun demikian, bila ada kesulitan dan masalah mereka tidak mau bergabung bersama-sama dengan orang-orang beriman. Di dalam al-Qur'an perilaku orang-orang semacam itu pada masa Nabi Muhammad saw. digambarkan sebagai berikut:
"Dan sesungguhnya di antara kamu ada orang yang sangat berlambat-lambat (ke medan pertempuran). Maka jika kamu ditimpa musibah ia berkata: 'Sesungguhnya Tuhan telah menganugerahkan nikmat kepada saya karena saya tidak ikut berperang bersama mereka. Dan sungguh jika kamu beroleh karunia (kemenangan) dari Allah, tentulah dia mengatakan seolah-olah belum pernah ada hubungan kasih sayang antara kamu dengan dia: 'Andaikan, kiranya saya ada bersama-sama mereka, tentu saya mendapat kemenangan yang besar (pula)'." (Q.s. an-Nisa': 72-3).
"(yaitu) orang-orang yang menunggu-nunggu (peristiwa) yang akan terjadi pada dirimu (hai orang-orang mukmin). Maka jika terjadi bagimu kemenangan dari Allah mereka berkata: 'Bukankah kami (turut berperang) bersama kamu?' Dan jika orang-orang kafir mendapat keberuntungan (kemenangan) mereka berkata: 'Bukankah kami turut memenangkanmu dan membela kamu dari orang-orang mukmin?' Maka Allah akan memberi keputusan di antara kamu di hari Kiamat dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang beriman." (Q.s. an-Nisa': 141).
Orang-orang ini ingin memetik keuntungan dari manfaat yang diperoleh oleh orang-orang beriman, maka kadang kala mereka berupaya menarik perhatian dan meyakinkan orang-orang beriman mengenai komitmen mereka atas agama. Kendati demikian, karena orang-orang beriman telah menyaksikan sendiri keacuhan dan keloyoan yang telah tampak secara terang-terangan, maka mereka tidak berhasil untuk mempengaruhinya.
Orang-orang munafik memiliki pikiran-pikiran rusak, sehingga mereka berupaya untuk melakukan tipu daya sekalipun diantara mereka sendiri, dan berpikir bahwa mereka dapat ikut menikmati ganjaran-ganjaran yang diterima oleh orang-orang beriman pada kehidupan yang berikutnya. Di dalam al-Qur'an posisi mereka yang sesungguhnya digambarkan:
"Pada hari ketika orang-orang munafik laki-laki dan perempuan berkata kepada orang-orang beriman: 'Tunggulah kami supaya kami dapat mengambil sebagian dari cahayamu.' Dikatakan (kepada mereka): 'Kembalilah kamu ke belakang1 dan carilah sendiri cahaya (untukmu).' Lalu diadakan di antara mereka dinding yang mempunyai pintu. Di sebelah dalamnya ada rahmat dan di sebelah luarnya dari situ ada siksa. Orang-orang munafik itu memanggil mereka (orang-orang mukmin) seraya berkata: 'Bukankah kami dahulu bersama-sama dengan kamu?" Mereka menjawab: 'Benar, tetapi kamu mencelakakan dirimu sendiri dan menunggu (kehancuran kami) dan kamu ragu-ragu serta ditipu oleh angan-angan kosong sehingga datanglah ketetapan Allah; dan telah ditipu terhadap Allah oleh (setan) yang amat penipu. Maka pada hari ini tidak diterima tebusan dari kamu dan tidak pula dari orang-orang kafir. Tempat kamu ialah neraka. Dialah tempat berlindungmu. Dan dia adalah sejahat-jahat tempat kembali." (Q.s. al-Hadid: 12-5).
Orang-orang semacam ini hendaknya menyadari bahwa jika mereka tidak memiliki keimanan yang tulus di dalam hati mereka, kehidupan mereka di tengah-tengah orang-orang beriman tidak ada gunanya di hadapan Allah. Oleh karena Allah telah menganugerahkan hati nurani, kebijaksanaan, dan kemampuan untuk menimbang kepada manusia, Ia akan menanyai setiap orang secara individu dan memberinya ganjaran atau menghukumnya sesuai dengan itu. Amal-amal yang dikerjakan oleh seseorang secara ikhlas, untuk memperoleh keridhaan-Nya, akan mendapatkan pahala dari-Nya. Hanya menyatakan ketaatan saja tidaklah cukup, karena tingkah laku seseorang mesti cocok dengan apa yang dikatakannya. Dengan demikian, orang-orang yang lalai menipu diri mereka sendiri dengan berpikir bahwa hanya dengan tinggal di tengah-tengah orang-orang beriman akan menolong mereka pada Hari Pengadilan nanti. Akibat yang akan ditanggung di akhirat kelak oleh orang beramal demi kepentingan hawa nafsunya sendiri daripada untuk mencari keridhaan Allah, dinyatakan dalam sebuah Hadis Nabi Muhammad saw.: "Barangsiapa yang ingin didengar (amal kebajikannya) - Allah akan membuat (niatnya yang sebenarnya) didengar; dan barangsiapa memperlihatkan (amal kebajikannya) - Allah akan memperlihatkannya." (H.r. Bukhari Muslim).
Kelalaian Mereka yang di dalam Hatinya Ada Penyakit
"Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi; maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang. Rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata." (Q.s. al-Hajj: 11).
Ayat ini mengungkapkan tipe "semangat" yang ditunjukkan oleh orang-orang yang tidak berpegang teguh kepada agama. Mereka tampaknya begitu bersemangat selama kepentingan pribadinya tidak terpengaruh. Meskipun demikian, bila terjadi konflik kepentingan, maka semangat dan kegembiraan mereka pun akan lenyap. Karena mereka tidak yakin atas kepastian, situasi semacam ini akan membuat mereka meninjau kembali kewajiban-kewajiban yang dituntunkan dalam ajaran agama Islam. Mereka lupa bahwa Allah menciptakan dunia ini sebagai ujian, bahwa Allah akan menguji manusia melalui berbagai macam bentuk, baik yang tampaknya baik ataupun buruk, dan bahwa hanya mereka yang istiqamah sajalah yang akan mendapatkan pahala. Penyakit yang ada di dalam hati mereka membuat mereka merasa ragu atas adanya pertolongan Allah. Daripada mempercayakan nasib mereka kepada Allah, mereka malah jatuh ke lembah keputusasaan dan mulai berpikir yang jelek-jelek terhadap Allah. Dengan demikian, maka penyakit yang tersembunyi di dalam hati mereka pun menjadi tampak ke permukaan. Di dalam al-Qur'an, Allah menggambarkan bagaimana mereka kehilangan semangat secara tiba-tiba ketika menghadapi cobaan dan mulai meragukan janji Allah:
"Dan (ingatlah) ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang berpenyakit dalam hatinya berkata: 'Allah dan Rasul-Nya tidak menjanjikan kepada kami melainkan tipu daya'." (Q.s. al-Ahzab: 12).
Sikap ini tentu saja karena adanya kekurangan dalam iman mereka. Orang-orang seperti ini tidak dapat memahami bahwa apa saja yang mereka hadapi sesungguhnya memang dibuat untuk menguji mereka. Mereka yang hatinya berpenyakit berbeda dengan orang-orang beriman yang dengan sikap tulus ketika sedang menghadapi ujian-ujian semacam itu. Orang-orang beriman menjadi semakin bersemangat dan merasa damai dengan menggantungkan kepercayaan mereka kepada Allah, apa pun yang akan menimpa mereka, dan mengetahui bahwa pertolongan Allah senantiasa dekat.
Mereka yang Tinggal di Belakang
Orang-orang yang memperlihatkan kecenderungan munafik mempunyai pemikiran yang benar-benar berbeda dengan orang-orang beriman serta sangat jauh dari al-Qur'an. Karena cacatnya keyakinan mereka, pemikiran tidak didasarkan pada bagaimana caranya menggapai keridhaan Allah namun semata-mata dalam rangka untuk memuaskan hawa nafsu mereka sendiri dan mengambil keuntungan pribadi. Karena alasan inilah mereka menganggap bahwa menyibukkan diri dalam amal-amal Islami merupakan suatu hal yang sia-sia. Karena keimanan mereka kepada akhirat agak samar-samar, mereka berpendapat bahwa amal-amal yang dilakukan untuk akhirat tidak membawa keuntungan yang memadai sebagai ganjaran dari semua kerja dan keletihan mereka. Dengan demikian, mereka punya pikiran bahwa lebih menguntungkan untuk mencurahkan waktu mereka guna memperoleh keuntungan-keuntungan duniawi yang segera daripada memberikan manfaat-manfaat kepada Islam. Karena takut tertipu, mereka lebih suka tertahan di belakang mengambil sikap "moderat", sebagaimana dinyatakan di dalam al-Qur'an:
"Dan sesungguhnya di antara kamu ada orang yang sangat berlambat-lambat (ke medan pertempuran)." (Q.s. an-Nisa': 72).
Pendek kata, mereka tidak bersemangat terhadap apa saja yang tidak memberikan keuntungan-keuntungan duniawi yang nyata kepada mereka.
Ketika dihadapkan pada situasi yang membutuhkan usaha-usaha demi kepentingan mereka yang membutuhkan, mereka yang tertindas atau orang-orang beriman, mereka mundur ke belakang. Senantiasa mengajukan uzur, mereka berupaya untuk membuatnya sangat sulit. Karena mereka tidak hidup dengan agama, mereka kekurangan motivasi dan energi untuk memecahkan masalah atau menyelesaikan suatu pekerjaan yang baik. Mereka memperlihatkan sikap enggan, baik dengan cara menarik diri secara tiba-tiba dan meninggalkan orang-orang beriman dalam kesukaran atau dengan bekerja secara apatis.
Meskipun demikian, apabila orang yang lalai ini diberi tawaran untuk menduduki suatu posisi yang bergengsi di sebuah perusahaan dengan gaji yang tinggi dan selanjutnya ia juga dijanjikan bahwa nantinya juga akan menjadi pemegang saham, maka ia pun memperlihatkan kinerja yang luar biasa, sikapnya akan sangat berbeda. Tidak diragukan lagi, menimbang keuntungan-keuntungan dari posisi itu, ia akan menunjukkan semangat yang luar biasa dalam kerjanya dan dengan cepat mampu memberikan penyelesaian-penyelesaian masalah yang memuaskan. Ada perbedaan yang mencolok antara keengganan orang-orang ini ketika diharapkan untuk bekerja demi kepentingan Islam, dan semangat yang mereka tunjukkan ketika kepentingan mereka dipertaruhkan. Karena mereka lebih suka pada manfaat-manfaat duniawi dibandingkan keridhaan Allah inilah yang menyebabkan sikap mereka berubah-ubah demikian itu.
Tinggal di Belakang Tidak Menguntungkan Namun Suatu Kebodohan
Tentu saja, keengganan dari mereka yang di dalam hatinya ada penyakit ini mengungkapkan betapa besarnya kebohongan di dalam kehidupan mereka. Tidak dapat berjuang untuk mencapai keridhaan Allah adalah suatu kerugian, karena usaha apa pun yang dicurahkan di jalan Allah akan mendatangkan keuntungan terbesar yang mungkin dicapai. Setiap amal yang dikerjakan oleh seseorang dengan ikhlas akan mendatangkan keridhaan Allah. Allah menjanjikan memberi yang terbaik kepada hamba-hamba-Nya yang diridhai-Nya, baik ketika masih berada di dunia ini maupun di akhirat kelak. Seorang mukmin yang saleh tidak bersemangat karena ia mengharap balasan yang segera di dunia ini. Mengetahui bahwa Allah ridha dengan amal yang dilakukannya saja sudah cukup baginya. Allah, pemilik keadilan, cinta, kasih sayang dan keagungan yang abadi, senantiasa siap dalam memberikan penghargaan atas amal-amal yang dikerjakan di Jalan-Nya, dan menyatakan bahwa amal apa saja, sekalipun hanya sebesar biji sawi atau atom, tidak akan disia-siakan:
"Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar dzarrah, dan jika ada kebajikan sebesar dzarrah, niscaya Allah akan melipat gandakannya dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar." (Q.s. an-Nisa': 40).
"Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini mendapat (pembalasan) yang baik. Dan sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik dan itulah sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa." (Q.s. an-Nahl: 30).
"(Luqman) berkata: 'Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui." (Q.s. Luqman: 16).
Sungguh suatu hal yang sangat tidak bijaksana bersikap enggan dalam menjalankan amal-amal saleh karena semakin serius seseorang beramal, semakin besar ganjaran yang diterimanya baik di dunia ini dan di akhirat nanti. Demikian pula, semakin ia lalai, semakin rugi pulalah dirinya.


disadur dari Harun Yahya

TERTIPU DALAM IBADAH

Sesungguhnya letak kunci kebahagiaan itu ialah dalam berjaga-jaga, berhati-hati serta berfikir yang cerdik, sedangkan sumber dari kecelakaan dan kesengsaraan itu terletak dalam TERTIPU dan LALAI. Orang yang tertipu yaitu orang yang mata hatinya belum lagi terbuka dengan baik, untuk menjamin kemampuan memberi petunjuk yang sehat pada dirinya sendiri. Ia akan tetap buta dan menjadikan hawa nafsunya sebagai pemimpin dan pula syaithan sebagi penunjuk jalan.

Oleh sebab itu tertipu merupakan induk dari segala macam kecelakaan dan sebagi sumber dari segala macam perusak. Ingatlah bahwa seorang yang memperoleh hidayah dan pertolongan Tuhan ialah orang yang menginsafi jalan masuknya berbagai afat, bahaya dan yang menyebabkan kerusakan jiwa, ahklak dan agamanya. Maka iapun akan menjaga betul dan selanjutnya akan tetap berhati-hati dan waspada dalam mengurusi dan melakukan semua perkara dan keperluannya


MACAM-MACAM ORANG YANG TERTIPU :
Golongan Pertama
Mereka ini mengutamakan sekali penyelidikan ilmu - ilmu syari'at dan akliah, tetapi melalaikan penyelidikan anggauta diri sendiri serta penjagaannya dari perbuatan kemaksiatan. Rupanya golongan ini sudah tertipu oleh ilmu pengetahuannya yang sudah muluk-muluk itu. Barangkali mereka mengira bahwa disisi Allah Ta'ala mereka akan mendapatkan tempat yang terhormat karena banyaknya ilmu yang dimiliki. Jadi tidak akan disiksa seperti orang - orang yang dianggapnya bodoh itu Padahal yang sebenarnya tidak demikian. Bagi seseorang yang suka memeriksa dengan mata yang penuh perhatian, tentulah mnyadari sebaik-baiknya bahwa ilmu pengetahuan itu sebenarnya hanyalah dimaksudkan untuk mengetahui mana-mana yang halal dan mana-mana yang haram, juga untuk mengetahui mana-mana yang termasuk akhlak dan budi pekerti yang tercela dan mana-mana yang terpuji. Juga bagaimana cara menyembuhkan akhlak-ahklak yang buruk itu dan bagaimana cara menghidari agar jangan samapi terkena penyakit akhlak. Maka dari itu segala ilmu ilmu pengetahuan yang semestinya untuk diamalkan itu, sekiranya tidak membuahkan amalan-amalan yang baik, maka ilmu itu tidak berharga sama sekali baik dimata Allah Ta'ala ataupun manusia. Dalam nash Al Qur'an menyatakan bahwa barang siapa yang tidak mengamalkan ilmunya, ia sangat ditakut-takuti oleh Allah Ta'ala dan diumpamakan sebagai binatang yang amat hina. Dalam firman Allah Ta'ala pada Qur'an Surat Jumu'ah 5 yang artinya :

"Perumpamaan orang-orang yang diberi Taurat kemudian tidak suka membawanya ( mengamalkan ajaran-ajarannya), adalah seperti keledai yang mengikuti kitab-kitab tebal ( tetapi tidak mengerti apa isinya? )"

Coba kita bayangkan kehinaan yang lebih besar dari seseorang yang diumpamakan sebagai keledai dungu.


Golongan Kedua
Yaitu orang-orang yang memperdalam ilmu pengetahuan dan gemar beramal shalih. Mereka melakukan dengan istiqomah ketaatan-ketaatan secara lahiriyah dan bahkan meninggalkan segala macam kemaksiatan, tetapi sayangnya mereka itu tidak meneliti hati sanubarinya untuk melenyapkan segala sifat-sifat yang buruk dan tercela yang merupakan penyakit jiwanya . Seperti berlagak sombong, dengki, ria', mencari kemasyuran, menghendaki kawan-kawanya, sahabat-sahabatnya dan orang lain terkena musibah. Dia suka sekali dengan pujian , dibangga-banggakan, disanjung-sanjungkan, dielu-elukan dalam kalangan umat.Jadi orang itu disamakan dengan memperhias lahiriyahnya tetapi kebatinanya sangat diabaikan dan dibiarkan begitu saja tanpa dipelihara sama sekali.

Sabda Rasulullah s.a.w yang berbunyi :

"Sesungguhnya Allah Ta'ala itu tidak melihat pada bentuk rupamu, tidak pula kepada hartamu, tetapi melihat kepada hati dan amalanmu".

Ringkasnya golongan ini lebih mengutamakan perhatian kepada amalan-amalan lahir dan tidak kepada hati dan jiwa, padahal hati dan jiwa adalah merupakan pokok dan induknya. Sebab pada hari kiamat nanti pasti tidak seorangpun dapat selamat dirinya melainkan yang menghapad kepada Tuhannya dengan membawa hati yang sejahtera , terhindar dari segala penyakit bathin.
Golongan ini diumpamakan bagaikan pemakaman orang yang sudah mati. Dimukanya dihiasi dengan warna-warni, tetapi dalamnya hanyalah sebatang bangkai yang melintang. Golongan ini tertipu oleh ilmu dan amal lahiriyahnya sehingga hatinya dibiarkan kotor dan buruk.

Golongan Ketiga
Golongan ini adalah orang - orang yang memperdalam salah satu macam pengetahuan saja. Misalnya dalam soal perundang-undangan hukum, perdebatan, perincian-perincian cara bermu'amalat duniawiah yang berlangsung antara sesama ummat manusia dan bagaimana cara-cara yang terbaik untuk memperoleh kemaslahatan umat. Jadi mereka ini menentukan salah satu ilmu fikih untuk dijadikan perhatiannya yang istimewa.
Dengan tercurahnya perhatian kepada persoalan yang sedang diselidiki itu, kadang-kadang meraka itu sampai melengahkan amalan-amalan baik yang lahiriah maupun bathiniah sehingga anggauta tubuhnya tidak diperhatikan dari berbagai macam kemaksiatan, seperti lisannya dibiarkan suka mengumpat dan perutnya dibiarkan makan yang haram. Bahkan hatinya juga dibiarkan bersifat sombong, dengki, ria' dan sifat lain yang merusak jiwa dan agama.
Orang-orang demikian itu nyata-nyata tertipu oleh dua hal. Dari segi ilmu pengetahuannya dan segi amalannya.

Dari segi amalannya
Dimisalkan orang yang sedang sakit. Ia sudah mempelajari berbagai macam pengobatan dan cara menggunakannya, ia juga berulang-ulang mengerjakan itu dan bahkan pernah diajarkan kepada orang yang sakit selain dia. Tetapi anehnya setelah dirinya sakit ia enggan berobat menurut cara yang pernah dipelajarinya tadi. Selain itu ia enggan menggunakan obatnya, padahal ia sendiri sudah memaklumi bahwa orang lain yang menggunakan obatnya benar-benar sembuh. Bagaimana menurut pendapat kita sendiri , apa yang diusahakan orang itu dapat menolong dari penyakitnya dan menyembuhkan tanpa minum obat ? Jauh sekali dari kesembuhan kan...?
Jadi ringkasnya ia wajib suka minum obat sepanjang ilmu yang dimiliki, harus pula sabar, menanggung kepahitan rasa obat. Jika tidak maka penyakitnya tidak dapat sembuh dengan baik.

Dari segi pengetahuannya
Ia hanya membatasi dirinya dalam hal-hal yang berhubungan dengan urusan-urusan mu'amalat saja. Ia mengira bahwa dengan ini cukuplah sudah mempelajari ilmu-ilmu keagamaan, sedangkan ilmu-ilmu yang termuat dalam Kitabullah ( Al Qur'an ) serta Sunnah Rasulullah s.w.w ( hadits ) diabaikan atau kurang mendapat perhatian dalam fikirannya. Bahkan ada pula yang mengecam para ahli hadits dan berkata : "Orang-orang yang menamakan dirinya ahli hadits itu sebenarnya hanyalah penukil berita saja atau boleh dikata pemikul kitab-kitab tebal yang tidak banyak pengertiannya". Alangkah ganas dan beraninya seseorang kalau sampai memasuki taraf yang seburuk ini
Selain itu ada pula yang sampai meninggalkan ilmu pendidikan akhlak, meninggalkan ilmu kema'rifatan kepada Allah Ta'ala dengan mengetahui bagaimana kebesaran dan keagunganNya. Perhatikanlah bahwa ilmu pengetahuan yang dapat digunakan sebagaimana peringatan tentulah bukan sebagaimana yang tekun dituntutnya yang hanya berhubungan dengan bermua'malat saja, tetapi yang terpenting ada sangkut pautnya dengan ilmu ketahuidan dan memang ini yang terpokok sekali.

Golongan Keempat
Mereka ini suka sekali memberi nasihat, penerangan keagamaan serta yang berhubungan dengan akhlak jiwa yang baik-baik, budi pekerti yang luhur dan terpuji, juga pengertian zuhud dan sifat ikhlas yang sebenar-benarnya. Tetapi yang mengherankan ialah bahwa mereka itu sebetulnya tertipu oleh perasaannya sendiri. Mereka mengira bahwa dengan memperbincangkan hal-hal semacam itu dan dengan mengajak orang-orang banyak supaya memiliki sifat tadi dianggapnya bahwa dirinya sendiri sudah bersifat sebagaimana yang digembor-gemborkan. Padahal yang jelas mereka sama sekali dirinya jauh dari sifat tadi, sama sekali tidak mengindahkan agama baik dalam kelakuan atau sikap-sikap lainnya. Mereka masih menyombongkan diri,masih sangat pendengki terhadap kawan-kawannya yang melangkah lebih maju dari dirinya sendiri, masih merasa benci jikalau ada orang memuji-muji orang lain yang dianggapnya setingkat dengannya. Selain itu masih gemar sekali mengumpulkan harta dunia tanpa ada batasnya. Mereka itu orang-orang yang sangat tertipu.
Golongan Kelima
Golongan ini yaitu merupakan orang -orang yang sudah merasa puas dan menganggap cukup dengan hanya menghafalkan ucapan-ucapan zuhud dan bijaksana, mengingat-ingat uraian-uraian yang mereka kemukakan tentang celahnya keduniaan dan buruknya kebendaan. Mereka itu hanya menghafalkan kelimat-kalimat yang berharga itu, tetapisama sekali tidak melaksanakan isi-isinya. Pendeknya ucapan-ucapan hikmat itulah yang senantiasa meluncur dari mulutnya sewaktu duduk bersama teman-temannya tetapi dia sendiri tidak mengamalkan kandungannya.
Mereka mengira bahwa dengan menghafal kata-kata itu dan kalimat-kalimat yang bermutu yang keluar dari para ahli zuhud akan menyebabkan dirinya memperoleh kebahagiaan dan dapat mencapai cita-citanya. Yang lebih bodoh lagi mereka mengira akan termpuni dosanya. Mereka beranggapan bahwa Tuhan Ta'ala akan mengasihi dirinya sekalipun bathinnya tidak perlu dijaga dari dosa. Golongan ini lebih sangat tertipu dari golongan diatas.

Golongan Keenam
Golongan terkhir ini yaitu mereka yang sangat menaruh perhatian yang luar biasa dalam ilmu nahwu ( tata bahasa), lughah ( bahasa ), syair atau kata-kata sulit dan asing bagi umum. Mereka mengira bahwa dengan berbuat demikian akan memperoleh keistimewaan derajat dari Tuhan dan akan mendapatkan pengampunan dari segala bentuk kesalahannya. Mereka mengira bahwa dirinya sudah termasuk golongan ulama yang terpandai dikalangan ummatnya saat itu, sehingga seluruh usianya dikerahkan untuk menyelidiki ilmu-ilmu itu juga. Sedangkan yang berhubungan dengan makna-makna syari'at agama tidak diperhatikan baik-baik atau kurang sekali minatnya, bahkan mengamalkannya pun bermalas-malasan saja. Ini diumpamakan dengan seorang yang menghabiskan umurnya untuk memperbaiki makhraj-makhraj huruf dalam Al Qur'an dan merasa sudah cukup dengan berbuat demikian untuk menerima kerahmatan dari Allah Ta'ala.

Sikap orang ini tertipu juga, sebab maksud dari adanya huruf itu untuk dimengerti apa tujuan dan kehendak Al Qur'an itu. Jadi huruf hanyalah sebagai perkakas atau alat untuk mencapai tujuan yaitu dapat mengerti isinya. Yang merupakan inti sesuatu adalah amalnya, sedang yang ada diatasnya hanyalah sebagai kulit belaka dari amalan itu.